Sabtu, 17 September 2011

Asal Usul Suku Batak


Suku Bangsa Batak semula adalah satu dari Proto Malayan Tribes (orang pendalaman yang tinggal dan terisolir di pegunungan) di pegunungan  perbatasan Burma / Siam (Thailand). Disana suku Bangsa Batak tinggal dengan suku – suku Bangsa Proto Malayan Tribes lainnya seperti Suku Bangsa Karen, Igorot, Toraja, Bontok, Ranau, Meo, Tayal, Waco.

Suku bangsa ini selama ribuan tahun berada terpisah dari pengaruh dunia luar (splendid isolation), mereka seluruhnya adalah orang – orang pegunungan yang cenderung mengurung diri di pegunungan dan menolak segala hubungan dengan dunia luar terutama orang – orang pesisir (Neo Malayan Tribes).
Pada + 3000 SM Bangsa Mongol melakukan pelebaran wilayah kekuasaan mereka ke arah Selatan, sepanjang Sungai Irwandi, Salween, serta Mekong. Situasi ini mendesak orang – orang yang bukan hanya dari kalangan Neo Malayan Tribes (orang pesisir) tetapi juga Suku Palae Mongoloid (nenek moyang orang orang Siam, Kamboja, Laos, Viet, dan Dayak. Akibat expansi ini, suku Siam mulai mendapat terpengaruh agama Budha. Berbeda dengan Suku Dayak yang terlanjur jauh berpindah ke pendalaman hutan Kalimantan.
Desakan yang dilakukan suku Mongol terhadap Palae Mongoloid memaksa Palae Mongoloid mendesak  pula ke atas, ke wilayah Proto Malayan Tribes di depannya. Inilah yang disebut dengan desakan secara Transcendental. Akibat desakan ini, kalangan Proto Malayan Tribes sebagian besar terdesak hingga ke tepi laut di Teluk Martaban dan berlahan – lahan terkena pengaruh budaya Hindu dimana dapat dipahami banyak istilah – istilah Hindu yang mereka adopsi masuk ke dalam bahasa – bahasa Proto Malayan Tribes antara lain ke dalam Bahasa Batak. Istilah – istilah seperti ; Debata, Singa, Surgo, Batara, Mangaraja dan lain – lain.
Masyarakat Proto Malayan Tribes yang aslinya adalah orang – orang pegunungan tentu tidak merasa nyaman berada di daerah pinggiran mengingat banyaknya ancaman dari pengaruh luar yang bisa datang mempengaruhi. Sangat jauh berbeda dari kebiasaan mereka yang suka menutup diri dari pengaruh luar.
Akhirnya kelompok ini terpecah. Suku Bangsa Bontok, Igorot dan suku Proto Malayan Tribes lain yang kecil sangat banyak pergi ke daerah Filiphina dan membentuk kelompok baru (seperti Bangsa Tagalog) dan hingga kini masih berada disana dan menolak masuknya agama luar.
Suku Bangsa Tayal pergi ke puncak puncak gunung – gunung di Taiwan (Formosa). Sejak 3.000 tahun hingga sekarang tidak terpengaruh oleh perebutan tanah di daerah pesisir dan tanah datar Taiwan oelh bangsa – bangsa dari Tiongkok, Belanda dan Jepang. Namun setelah Perang Dunia kedua, mereka dikristenkan oleh pendeta dari Kanada yang datang membawa modern medical science.
Suku Bangsa Toraja mendarat di Sulawesi. Dan disana mereka berbaur dengan suku – suku bangsa Bugis dan Makasar hingga sekarang. Agama islam sendiri sudah ada disini sejak 400 tahun sebelumnya namun suku bangsa Toraja dengan gigih menolak pengaruh islam. Pada abad ke-20 Agama Kristen masuk ke Toraja oleh Pendeta – pendeta yang datang dari Belanda membawa modern medical science.
Lain pula dengan Suku Bangsa Karen yang tetap bertahan di Pegunungan Burma. Hingga sekarang kabarnya masih sering bersengketa dengan suku bangsa lainnya yang sudah membentuk Republik Burma. Suku Bangsa Karen tetap menolak agama Budha yang menjadi agama mayoritas di Burma yang kemudian pada abad ke-19 di Kristenkan oleh Pendeta – Pendeta Inggris.
Suku bangsa Ranau mendarat di Sumatera Selatan dan mengurung diri dari pengaruh luar di sekitar Danau Ranau selama kurang lebih 2500 tahun. Lepas dari segala pengaruh Kerajaan Sriwijaya, Darmasraya dan kerajaan- kerajaan lain yang silih berganti muncul dan lenyap di Sumatera Selatan. Banyak dari suku Ranau dibunuh oleh Kesultanan Banten yang membutuhkan sekitar Danau Ranau untuk penanaman merica untuk di ekspor.
Suku Bangsa Meo juga sama seperti Suku Karen yang memilih bertahan di pegunungan. Mereka terdesak ke seberang lautan dan secara tak terduga menjadi terkenal disana oleh bisnis candu yang memang tumbuh subur di daerah itu. Candu ini kemudian dijual ke hampir seluruh penjuru dunia. Namun tetap terisolir dari pengaruh modernisasi.
Sementara untuk suku Wajo mereka memilih lautan. Mereka menetap disana dan menjadi Sea-Nomads. Orang – orang Wajo tersebar di lautan mulai dari Lingga Archipelago sampai ke Filiphina.
Suku Bangsa Batak mendarat di Pantai Barat Pulau Andalas. Disana suku Batak sudah segera terpecah menjadi beberapa bagian sebagai berikut :
Kelompok Pertama Melanjutkan pelayaran dan mendarat di Simalur, Nias, Batu, Mentawai, Siberut dan lain – lain hingga ke Enggano.
Kelompok Kedua mendarat di Muara Sungai Simpang (Singkil Sekarang) Masuk ke pendalaman dan menetap di Kutacane. Dari sana mereka menduduki seluruh pendalaman Aceh. Inilah yang kemudian menjadi Suku Batak Gayo dan Batak Alas. Walau berada di wilayah Aceh namun kelompok ini tidak pernah terpengaruh oleh Aceh. Tulisan dan Bahasa tetaplah Batak.
Kelompok Ketiga mendarat di Muara Sungai Sorkam (antara Barus dan Sibolga). Masuk ke pendalaman mencari daerah yang terisolir dan bermukim di kaki gunung Pusuk Buhit. Inilah yang akhirnya menjadi cikal bakal orang Batak sekarang.
Suku Batak di Tanah Batak mendirikan permukiman yang pertama di tepi Danau Toba di kaki Gunung Pusuk Buhit yang bernama Sianjur Sagala Limbong Mulana. Tempat ini sangat terjamin dimana jika dilihat dari segi geografisnya sendiri, permukiman ini berada di ketinggian 900 meter berada jauh dari pinggir danau Toba dan memiliki sumber air untuk irigasi yang sangat banyak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar